Rengginang: Camilan Tradisional Penutup Silaturahmi
Di penghujung kunjungan Lebaran atau saat keluarga mulai berpamitan pulang, sering kali tersaji satu camilan yang terdengar “kriuk” saat digigit: Rengginang

Rengginang: Camilan Tradisional Penutup Silaturahmi
Di penghujung kunjungan Lebaran atau saat keluarga mulai berpamitan pulang, sering kali tersaji satu camilan yang terdengar “kriuk” saat digigit: Rengginang. Camilan berbahan dasar beras ketan ini memang sederhana, tapi kehadirannya seperti penutup yang pas di akhir silaturahmi—ringan, renyah, dan menghangatkan suasana. Di banyak rumah, rengginang jadi closing statement yang tidak pernah salah.
Jejak Tradisi dalam Setiap Gigitan
Rengginang adalah camilan khas Indonesia yang dibuat dari beras ketan yang dikeringkan dan digoreng, biasanya dibumbui dengan garam, bawang putih, atau terasi untuk cita rasa yang khas. Asalnya tersebar di banyak daerah, terutama di Jawa, Bali, dan Sunda. Di setiap wilayah, rengginang punya sentuhan lokal sendiri—dari rasa hingga cara penyajiannya.
Tradisi membuat rengginang juga erat kaitannya dengan momen kebersamaan. Dulu, rengginang dibuat secara gotong royong setelah panen padi, dijemur di halaman rumah, dan jadi simbol rezeki yang berlimpah.
Ciri Khas Rasa dan Tekstur
Rasa: Gurih asin, kadang sedikit manis tergantung daerah pembuatannya.
Tekstur: Super renyah dan ringan, tapi tetap ada sedikit "chew" dari ketan.
Aroma: Harum khas dari proses pengeringan dan penggorengan tradisional.
Kini, banyak varian modern bermunculan: ada yang pedas, keju, bahkan balado. Tapi rasa klasik tetap yang paling ngangenin.
Rengginang di Momen Lebaran
Rengginang seringkali disajikan di akhir-akhir waktu kunjungan, saat obrolan sudah hampir selesai dan gelak tawa mulai mereda. Rasanya yang ringan namun mengenyangkan, cocok jadi teman teh hangat atau kopi setelah makan besar. Di banyak keluarga, rengginang dianggap sebagai penutup yang ramah—seolah berkata, “Terima kasih sudah datang, pulanglah dengan perut senang dan hati tenang.”
Kenapa Rengginang Masih Bertahan?
Sederhana tapi berkarakter: Tidak butuh banyak bahan, tapi hasilnya selalu istimewa.
Tahan lama: Cocok disimpan sebagai stok camilan di rumah.
Rasa nostalgia: Mengingatkan pada masa kecil, rumah nenek, atau suasana desa.
Penutup
Rengginang adalah contoh sempurna bahwa camilan tradisional tak perlu mewah untuk jadi istimewa. Di tengah deretan kue modern dan manisan warna-warni, rengginang hadir sebagai comfort snack yang membumi. Setiap kriuk-nya adalah kenangan, dan setiap sajian rengginang adalah simbol bahwa silaturahmi kita telah terjalin—dengan rasa syukur dan kebersamaan.
What's Your Reaction?






